Selasa, 25 November 2014

Tribologi - Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

Berikut daftar pustaka dari 4 postingan yang telah diposting, dengan judul :
a.       Tribologi
b.      Gesekan
c.       Keausan
d.      Pelumas
1.      Suparlan , suwandi. (1999), Perawatan Mesin, Catatn Kuliah , Bandung , Teknik mesin ITB
2.      Anton, L Wartawan ( 1983 ) , Minyak pelumas, Pengetahuan Dasar dan Cara Penggunaan , Jakarta , Gramedia Jakarta
3.      Subiyono ( - ), Managemen Perawatan Mesin, Konsep umum perawatan ,Bandung, Polman Bandung
4.      Malau, Victor ( 2009) , Preventive Maintenance and Predictive Maintenance, Yogyakarta, FTMI FT UGM
5.      Syafa’at, I ( -), Tribologi, Daerah Pelumasan dan Keausan, Universitas Wahid Hasyim, Semarang
@septianws

Tribologi - Pelumasan

Pelumasan

Fungsi utama dari pelumas adalah mengurangi gesekan antara bidang satu dengan bidang lainnya.
Fungsi pelumas yang lain, yaitu :
-       Membuang kotoran,
-       Mengurangi/ menghilangkan panas dari bantalan-bantalan dan elemen-elemen mesin lainnya.

Kondisi optimum pelumasan diperoleh pada saat kedua permukaan yang saling bergesekan dipisahkan secara sempurna oleh lapisan selaput (film) minyak yang ketebalannya cukup untuk menghindari terjadinya kontak antara logam dengan logam. Ketebalan minimum lapisan minyak pelumas harus jauh lebih besar dari kekasaran permukaan logam.

Beberapa sifat yang memberikan sumbangan bagi unjuk kerja pelumas yang memuaskan :
§  Kemampuan melumas yang baik untuk meningkatkan gesekan rendah,
§  Viskositas yang memadai sesuai penggunaannya,
§  Penguapan yang rendah dalam kondisi operasi,
§  Karakteristik aliran memuaskan sesuai suhu-suhu yang dijumpai dalam pemakaiannya,
§  Kondiktivitas panas yang tepat dan panas spesifik untuk melaksanakan fumgsi pemindahan panas,
§  Stabilitas kimia dan panas yang baik dan kemampuan mempertahankan karakteristik yang diinginkan,
§  Kecocokan dengan bahan-bahan lain dalam system seperti bantalan, perapat, dan komponen-komponen mesin, khususnya berkenaan dengan perlindungan karat dan degradasi,
§  Ramah lingkunagan.
Mekanisme pelumasan
1.      Pelumasan hidrodinamis
-       Terjadi pada pelumasan bantalan luncur
-       Pelumas hidrodinamis ialah pelumas yang tergantung pada gerak hidrodinamis yang merupakan sifat dari aliran viskos.
-       Minyak pelumas melekat baik pada permukaan yang bergerak maupun permukaan yang diam dan kemudian diseret (dihisap) masuk kedalam ruang bebas pada arah putaran disertai tekanan yang cukup besar untuk mengangkat beban.
Kedua permukaan dipisahkan oleh lapisan selaput minyak pelumas. Agar permukaan bidang-bidang tetap terpisah pada saat diberi beban maka tekanan rata-rata dari lapisan selaput harus lebih besar dari tekanan atmosfir.
-       Kondisi yang diperlukan untuktuk menimbulkan lapisan selaput tipis yang dapat mengangkat beban karena gerak hidrodinamis adalah :
a.       Gerak relatif dari permukaan,
b.      Lapisan selaput tipis minyak yang nenyempit karena gerakan.
-       Kapasitas angkat beban tergantung pada :
a.       Viskositas,                                                 ( η )     
b.      Kecepatan gerak,                                      ( V )
c.       Luas permukaan,                                       ( A )
d.      Ketebalan lapisan selaput minyak.                        ( h )
-       Laminer adalah ketebalan lapisan minyak pelumas jauh lebih besardari kekasaran permukaan logam dan aliran pelumas. Ketebalan lapisan berkisar antara 0,0025 mm – 0,076 mm.
2.      Pelumasan non hodridinamis
a.       Pelumasan tipis
Pada beban berat dan kecepatan rendah serta pelumas yang tidak mencukupi menyebabkan kedua permukaan yang bergesekan tidak terpisahkan secara sempurna. Hanya sebagian beban yang diangkat oleh gaya hidrodinamis dan sisanya merupakan kontak dengan logam.
Permukaan yang kasar mengganggu kondisi aliran laminar (selaput tipis) dan mengakibatkan koefisien gesek naik.
b.      Pelumasan batas
Beban bertambah berat sehingga tekanaan kontak cukup tinggi, kecepatan cukup rendah dan pengaruh gaya hidrodinamis diabaikan.
Pelumas masih ada tetapi sifat viskositas minuak pelumas tidak efektif dan tidak ada aliran pelumas.
Terjadi pelapisan secara kimia pada permukaan logam yang berbentuk selaput padat grafit.
Seluruh beban diangkat oleh lapisan yang sangat tipis dan merupakan lapisan multimolekuler.
Terjadi kontak logan dengan logam, koefisien gesek naik dan nilainya berkisar antara 0,01-0,1.
3.      Pelumasan hidrostatis
-       Tidak ada gerakan sama sekali.
-       Tergantung pada tekanan luar dari system pembagian minyak pelumas.
Klasifikasi minyak pelumas

1.      Viskositas (kekentalan)
-       yaitu hambatan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lainnya
-       2 macam viskositas, yaitu :
§  Viskositas Rendah ( kecil ), yaitu cairan yang dapat mengalir dengan mudah.
§  Viskositas Tinggi ( Besar ), yaitu cairan yang sulit mengalir.
-       Viskositas tergantung pada temperatur.
Jika temperature naik, maka viskositasnya menurun  ,dan jika temperatur turun, maka viskositasnya naik”.
                                          Keterangan :
                  η = υ.ρ             η = viskositas absolute (dinamis)
                                          υ = viskositas kinematis
                                          ρ = masa jenis (kg/mᶾ)

2.      Indeks Viskositas (IV)
-       Indeks viskositas adalah angka empiris yang menyatakan kepekaan suatu minyak pelumas terhadap temperatur.
-       Jika IV bertambah besar, maka perubahan viskositas terhadapperubahan temperature semakin kecil.
-       Besar IV antar 0-100 (tanpa satuan)
-       SAE 10 = Minyak pelumas dengan IV =10
-     SAE 40 = Minyak pelumas dengan IV = 40
IV 10, tidak berarti viskositasnya 10
IV 40, tidak berarti viskositasnya 40. IV merupakan tingkatan (grade) viskositas.

 Catatan :
SAE                      : Society of Automative Engineers
ASTM                  : American Standard of Testing and Material
Viskometer           : Alat untuk mengukur viskositas (kinematis)

3.      Sistem klasifikasi minyak pelumas
a)      Klasifikasi SAE J 300 d
o   Disebut minyak pelumas karter
o   Klasifikasi ini khusus minyak pelumas mesin
1)      Tingkat viskositas diberi tanda W (winter)
§  Untuk spesifikasi kondisi temperature lingkungan rendah yaitu daerah beriklim sedang terutama pada saat musim dingin.
§  Viskositas kinematis diukur pada temperature -18º C dengan  CCS (cold cranting simulator)
§  Contoh : SAE 10 W
2)      Tingkat viskositas tanpa tanda W
§  Pada tingkat ini digunakan untuk temperature lingkungan normal.
§  Viskositas kinematis diukur pada temperature 100º C
§  Contoh : SAS 10
3)      Minyak pelumas multigrade
§  Minyak pelumas ini digunakan untuk kondisi musim dingin maupun musim panas
§  Contoh SAE 10W-40 artinya:
“ Pelumas multigrade yang  batas  pengukuran viskositasnya -18ºC untuk SAE 10W dan 100ºC untuk SAE 40”.
§  Minyak pelumas ini sulit ditemukan di Indonesia, karena Indonesia adalah negara beriklim tropis, maka tidak memerlukan minyak pelumas dengan tanpa W.
§  Minyak pelumas multigrade dapat diganti dengan minyak pelumas single grade untuk operasi pada temperature normal. Misalnya SAE 20W-40 dapat diganti dengan SAE 30 atau SAE 40.
b)      Klasifikasi SAE J 306 c
o   Merupakan minyak pelumas transmisi manual dan axel.
o   Klasifikasi SAE J 306 C disebut minyak pelumas roda gigi.
o   Minyak pelumas dengan tanda W, viskositas maksimum ditentukan 150.000 CP dan temperature maksimum tertentu untuk setiap tingkat viskositas.
o   Untuk temperature tinggi, viskositas di ukur pada 100º C dengan metode ASTM D445 dan dinyatakan dalam CSt.
o   Tidak ada hubungan antara tingkat viskositas minyak pelumas karter SAE J 300 d dengan minyak pelumas roda gigi SAE J 306 C meskipun kelihatan sama dalam system penomeran.
o   Contoh :
Ø  Minyak pelumas karter SAE 50 tidak sama dengan  minyak pelumas roda gigi SAE 50, tetapi minyak pelumas karter SAE 50 sesuai/ sama dengan minyak pelumas roda gigi SAE 90.
Ø  Minyak pelumas karter SAE 40 merupakan bagian dari minyak pelumas roda gigi SAE 90.
c)      Klasifikasi standard ASTM D 2 422-75
o   Viskositasnya ditentukan antara 2-1500 cSt dengan pengukuran pada 40ºC.
o   Ada 18 tingkat viskositas menurut ASTM D2422
o   Tingkat viskositas dengan identifikasi ISO VG (International Organization for Standardization Viscosity Grade)
o   Contoh :
Ø  ISO VG 10 : artinya viskositas nominal 10 cSt pada temperature 40ºC
Ø  ISO VG 100 : artinya viskositas nominal 100 cSt pada temperature 40ºC
Ø  ISO terdiri dari Negara-negara dengan organisasi standard:
§  British standard BS 4231
§  German Engineering Standard DIN 51519
§  American National Standard Z 11.232
Macam-macam pelumas :
1.      Pelumas gemuk
o   Merupakan pelumas berbentuk padat atau setengah padat tetapi lembut
o   Terdiri dari minyak mineral tebal ditambah dengan sabun logam.
o   Kadang-kadang minyak mineral ditambah bahan-bahan kimia lain agar tidak terjadi pemisahan antara minyak dengan sabunnya. Bagian yang diberi gemuk biasanya tidak memerlukan lagi diberi gemuk sampai saat turun mesin atau dapat juga diberi lagi secara periodic.
o   Fungsi Pelumas Gemuk :
1)                  Dapat digunakan untuk semua bagian mesin yang bergerak
2)                  Bersifat sebagai penyekat untuk menahan masuknya kotoran
3)                  Menahan kebocoran dan penetesan dari permukan yang dilumasi
4)                  Melindungi terhadap terjadinya korosi
5)                  Memberkan tahanan pada kerja mekanis yang di dukung.
o   Keuntungan Pelumas Gemuk :
1)      Lebih praktis dan ekonomis
2)      Tidak sering mengganti pelumas
3)      Melekat lebih baik pada permukaan logam yang dilumasi
4)      Dapat digunakan pada kondisi :
a.       Temperature tinggi
b.      Tekanan tinggi
c.       Kecepatan rendah
d.      Operasi periodic
e.       Mesin yang sudah tua umurnya

o   Kerugian/ Kekurangan Pelumas Gemuk :
1)      Bukan pendingin yang baik
2)      Dalam penggantian pelumas gemuk lebih sulit dibersihkan.
3)      Harga pergalon lebih mahal dari minyak cair
o   Macam-macam Pelumas Gemuk :
1)      Gemuk sabun Kalsium
2)      Gemuk sabun natrium
3)      Gemuk sabun litium
4)      Gemuk sabun campuran
2.      Pelumas cair
a)      Pelumas konvensional (minyak mineral)
o   Pelumas konvensional adalah minyak pelumas yang berbentuk cairan (liquid) yang terdapat di alam dan merupakan hasil produksi dari proses pengilangan (pengelolahan) secara normal dari idustri perminyakan.
o   Kwalitas minyak pelumas dicapai dengan cara pemurnian dan proses pengelolahan ditambah bahan-bahan kimia tertentu yang disebut aditif.
o   Aditif yang ditambahkan kedalam minyak pelumas mempunyai bermacam-macam tujuan dan peranan yang sebagian besar untuk memperbaiki mutu minyak pelumas yang berasal dari alam dan dari proses pengolahan terhadap :
b)      Pelumas sintetis (tiruan)
o   Merupakan pelumas yang tidak terdapat di alam dan bukan merupakan hasil produksi langsung dari industri perminyakan.
o   Minyak pelumas sintetis adalah hdropelumas sintetis adalah hidrokarbon yang telah mengalami proses khusus, yaitu :
Ø  Dibentuk sama dengan minyak pelumas konvensional (dari alam dan adiktif)
Ø  Mempunyai kemampuan melebihi minyak pelumas konvensional
Ø  Dibuat menggunakan fluida-fluida yang sesuai dengan tujuan penggunaannya
o   Bahan-bahan yang ditambahkan antara lain :
Ø  Ester asam,
Ø  Ester fosfat, dan
Ø  Ester silikat.
o   Keuntungan Minyak Pelumas Sintetis :
1)      Mempunyai kwalitas lebih baik
2)      Mempunyai unjuk kerja yang lebih baik
3)      Mempunyai gesekan lebih baik
4)      Mempunyai umur lebih baik, yaitu penggantian minyak pelumas lebih lama.
o   Kerugian Minyak Pelumas Sintetis :
1)      Harga lebih mahal
2)      Tidak dapat digunakan untuk semua mesin
3.      Pelumas padat
Beberapa aplikasi tidak dpat menggunakan minyak atau pun minyak gemuk karena kontaminasi dari komponen – komponen yang lain dari sitem. Dalam keadaan demikian maka perancang dapat menentukan bahan –bahan padat yang memiliki sifat – sifat pelumas yang baik atau menambahkan pelumas padat pada permukaan yang kritis.
Pelumas padat adalah lapisan padat tipis yang mengurangi gesekan dan keausan. Beberapa pelumas digunakan dalam bentuk bubuk dengan cara penggosokan, penyemprotan, atau perendaman, dan kemudian menempel pada permukaan yang berpasangan. Bahan pengikat (Binder) sering dicampur dengan bahan dasar untuk mempermudah aplikasi dan meningkatkan daya rekat nya. Biasanya diperlukan pengeringan di udara atau dengan pembakaran. 
Molydenum disulfida (MoS4) dan grafit adalah dua jenis pelumas padat yang serung digunakan. Jenis lainnya adalah lead iodide (Pbl2), silfer sulfad (AgSO4), tungsten ddisulfide, dan stearic-acid. Contoh efektifitasnya adalah dalam penurunan koefisien gesek geser untuk baja pada baja kira-kira 0,50 untuk permukaan-permukaan bersih kering hingga kisaran 0,03 hingga 0,06.
Daerah pelumasan terbagi dalam 3 bagian. Yaitu:
1. (Elasto) Hydrodynamic Lubrication ((E)HL);
2. Boundary Lubrication (BL);
3. Mixed Lubriation (ML).
Uraian berikut ini akan membahas tentang ketiga daerah tersebut berdasar hasil penemuan Stribeck dan pengembangan oleh peneliti lainnya.
1.      (Elasto) Hydrodynamic Lubrication ((E)HL)
Di daerah ini tidak ada kontak antar permukaan. Beban yang ada ditahan semuanya oleh lapisan pelumas diantara dua permkaan yang bersinggungan. Koefisien gesek (μ) bernilai 0,01. Untuk kasus ini, penggunaan teori tentang dinamika fluida bisa diterapkan, diantaranya dengan persamaan Navier-Stokes atau persamaan Reynolds (1886) untuk menghitung tekanan dan ketebalan lapisan pelumas. Banyak peneliti telah mengembangkan tentang pengujian algoritma untuk memecahkan persamaan dalam semua model yang berhubungan dengan masalah lapisan pelumas. Pelumasan hidrodinamik pada pelat dengan proses pengerjaan dingin diselidiki oleh Cheng (1970), Atkins (1970), Wilson and Walowit (1971) dan Lught (1992). Garis kontak dan titik kontak pada pelumasan hidrodinamik diselidiki oleh Lubrecht (1987) dan Venner (1991). Bagaimanapun, masih banyak masalah praktek di lapangan yang harus dilakukan dengan kontak fisik secara eksperimental yang tidak dapat diselesaikan dengan teknik yang berdasar pada pelumasan lapisan secara penuh (full film lubrication).
2.      Boundary Lubrication (BL)
Pada daerah ini terjadi kontak fisik antara permukaan yang saling berinteraksi. Beban yang ada ditanggung oleh puncak dari kekasaran permukaan atau asperiti yang saling bersinggungan. Koefisien gesek di rejim BL dengan besaran 0.1< μ<0.3. Pada daerah ini aus akan terjadi.
3.      Mixed Lubrication (ML)
Rejim ML adalah daerah yang terletak antara BL dan (E)HL. Beban kontak ditanggung sebagian oleh pelumas dan sebagian lagi oleh interaksi puncak kekasaran permukaan. Besaran koefisien gesek yaitu 0,01 < μ<0,1. Di tahun 1988 Schipper telah membuat model berdasar daerah mixed lubrication. Kebanyakan model adalah kombinasi dari dua daerah/rejim walaupun dalam kenyataannya prediksi gesekan dari operasi yang bekerja di bawah kondisi ML masih perlu


@septianws